Review Film Keluarga Cemara

Hari ke tiga di tahun 2019 saya habiskan untuk bersenang-senang. Sore hari menjelang maghrib saya gass motor matic saya menuju belahan utara Jogja. Saya janjian nonton bareng film Keluarga Cemara bersama kawan-kawan GenPIJogja di Sleman City Hall. Apesnya jadwal pukul 19.00 sudah habis dan tinggal yang pukul 21.00. Akhirnya kami mengisi waktu dengan nonton Milly dan Mamet. Film baru yang kebetulan belum saya tonton juga. Sekali dayung dua film tertonton hehe..

Review Film


Fokus ke film utama, Keluarga Cemara. Film ringan bertema keluarga garapan Yandy Laurens ini berhasil membuat penontonnya bernostalgia ke sinetronnya zaman dahulu. Masih dengan tokoh utama Abah, Emak, Euis dan Ara yang mengisahkan keluarga kecil sederhana nan bahagia. 

Diawali dengan kebangkrutan Abah yang diperankan oleh Ringgo Agus. Rumah mereka disita kemudian keluarga ini pindah ke desa di rumah masa kecilnya Abah. Terlihat sekali cara mereka beradaptasi dengan kehidupan barunya. Emak yang diperankan oleh Nirina Zubir selalu sabar dan mengusahakan yang terbaik untuk keluarganya. Akting mereka sangat natural dan luwes layak keluarga seutuhnya.

Abah siap bekerja apa saja untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Ketika Abah mulai menyalahkan dirinya sendiri karena keadaan mereka, Emak selalu menguatkan. Kedua putrinya Euis (Adhisty Zara) dan Ara (Widuri Sasono) juga mengalami masa-masa sulit. Euis harus berjualan opak di sekolah, konflik dengan Abah saat hendak bertemu kawan-kawan di Jakarta, dan masalah cinta pertamanya. Ara yang masih kecil terlihat sayang sekali dengan kakaknya. Cara ia protes kepada Abah juga dikemas dengan menarik. Ara berlatih keras menjadi pohon cemara untuk pementasan di sekolahnya. Dan hasilnya, wow.. kalian harus melihatnya.

Adegannya ringan dan tidak terburu-buru. Ada part di mana penonton semua diam dan hanyut akan ketegangan salah satu adegan. Namun kemudian mencair lagi. Apalagi ketika Asri Welas yang berperan sebagai Loan Woman beraksi. Saya sarankan membawa tisu ketika menonton film ini. Jangan di tahan kalau mau menangis, penonton akan melihat perjuangan seorang ayah yang menurut saya sangat bertanggung jawab. Melihat sisi seorang Emak, sebagai istri dan ibu yang membuat berpikir (ini pikiran pribadi saya hehe) "Wow, besok kalau aku nikah banyak juga ya cobaannya, harus siap dan kuat untuk keluarga."

Banyak pelajaran yang dapat diambil dari film ini. Keluarga yang tabah dan sabar menghadapi semua cobaan. Bekerja keras dengan sepenuh hati. Menghargai setiap usaha yang dilakukan. Selalu mensupport satu sama lain. Sungguh film ini sangat menyentuh hati dan memang 'harta yang paling berharga adalah keluarga' sangat benar adanya.





































Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Coday Coffee Lab&Roastery, Laboratorium Kopi di Pinggir Kota Jogja

Maison Daruma Coffee and Roastery, Roastery Bernuansa Jepang di Jogja

Satay Kato Kuliner Baru di Jogja